Selasa

Bagaimana Suami Memberi Keteladanan?

Sesungguhnya, semua yang diucapkan, dilakukan, ditampilkan oleh suami, sudah menjadi sebuah teladan bagi anggota keluarga lainnya. Entah perkataan, perbuatan dan penampilan itu terjadi dengan sepenuh kesadaran untuk memberikan keteladanan, atau tidak sengaja dan tidak sadar karena sekedar mengikuti ritme kebiasaan saja. Sama saja kondisinya, semua perkataan, perbuatan dan penampilan suami tetap menjadi contoh bagi semua anggota keluarga.

 
Misalnya ketika seorang suami terbiasa mengenakan celana pendek saja ketika di rumah, tanpa memakai baju atau kaus, ini adalah sebentuk kebiasaan yang akan menjadi contoh bagi isteri dan anak-anak. Karena penampilan suami yang minimalis, suka telanjang badan, hanya mengenakan celana pendek ketika di rumah, maka hal yang mudah disimpulkan adalah tentang batas kesopanan dan kerapian dalam penampilan.
Ketika suami terbiasa membuang sampah sembarangan, maka ini akan menjadi model bagi isteri dan anak-anaknya. Apabila suami mudah marah dan mengeluarkan kata-kata kotor, maka hal itu akan menjadi contoh bagi seluruh anggota keluarga. Demikian seterusnya, semua perkataan, perbuatan, penbampilan suami, dengan sendirinya, adalah teladan bagi seluruh anggota keluarga.
Sebagai pemimpin, suami harus memberikan keteladanan dalam bentuk perbuatan nyata kepada keluarga. Jika ingin isterinya berdandan cantik di rumah, maka suami harus memberikan contoh teladan bahwa ia pun berdandan dengan rapi di rumah. Jika ingin isterinya selalu harum dan wangi, maka suami harus memberikan contoh dirinya telah harum dan wangi. Jika ingin isterinya selalu tersenyum kepada suami, maka suami harus memberikan contoh selalu tersenyum untuk isteri.
Inilah keteladanan dalam bentuk perbuatan nyata. Menurut saya, keteladanan inilah yang merupakan bagian tersulit untuk menjadi suami ideal. Semua perbuatan, ucapan, dan perilaku suami pada dasarnya adalah contoh keteladanan dan akan menjadi panutan bagi isteri serta anak-anak. Oleh karena itu para suami harus selalu berusaha untuk menyadari dampak dari setiap ucapan dan perbuatannya. Yang dituntut dari suami adalah selalu memberikan contoh perbuatan nyata dalam konteks positif.
Apabila suami memberikan keteladanan negatif, hal itu akan sangat mudah ditiru dan diikuti isteri serta anak-anak. Misalnya suami yang malas ibadah, itu adalah teladan negatif. Akan mudah ditiru pula oleh isteri dan anak-anak. Suami yang suka minuman keras hingga mabuk, itu adalah teladan negatif. Mudah menular kepada anggota keluarga. Suami suka selingkuh, hal ini membuat perselingkuhan dianggap kewajaran. Maka sebagai suami, jadilah teladan dalam kebaikan.
Kita tidak mungkin mengatakan kepada isteri dan anak-anak, “Saya senang mabuk, tapi jangan kalian contoh”, karena perbuatan jauh lebih kuat pengaruhnya daripada perkataan. Tidak bisa kita mengatakan, “Saya hobi selingkuh, tapi jangan coba-coba kalian ikut-ikutan. Ini hanya untuk saya sendiri”, karena contoh yang dilakukan suami dengan sendirinya menjadi inspirasi bagi isteri dan anak-anak. Tidak bisa kita mengatakan, “Jangan contoh perbuatan jahat yang saya lakukan, kalian harus menjadi orang baik”, karena kejahatan suami mudah dijadikan argumen pembenaran bagi isteri dan anak-anak.
Demikian pula ketika suami menampakkan contoh taat beribadah, maka ini akan menjadi satu motivasi dan ispirasi bagi seluruh anggota keluarga. Pada keluarga muslim, suami yang rajin ke masjid, selalu bangun untuk shalat malam, rajin membaca dan mengkaji kitab suci, ini akan memberikan petuah yang jauh lebih mengena dibandingkan dengan kalimat-kalimat nasihat yang tidak diikuti dengan contoh perbuatan nyata.
“Ayo semua anak belajar, sekarang waktunya belajar”, kata seorang bapak sambil asyik menonton televisi. Kata-kata ini hampir tidak ada artinya.
“Ayo anak-anak mengaji, ini jam untuk mengaji”, kata seorang bapak sambil bermain game di komputer. Kalimat perintah ini juga tidak memiliki makna.
Perbuatan nyata lebih banyak dan lebih kuat pengaruhnya, dibandingkan dengan kata-kata semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar