Salimah adalah ormas yang berfokus pada perempuan, anak dan keluarga.
• Gambar siluet seorang muslimah menghadap lurus ke kanan berwarna ungu, dibatasi dengan selempang emas dan di bawahnya terdapat tiga kuntum bunga anggrek ungu. Semua gambar berada di dalam lingkaran elips. Sejajar di atasnya terdapat tulisan berbunyi PERSAUDARAAN MUSLIMAH berwarna ungu. Sejajar di bawahnya terdapat tulisan arab ”UKHUWATUL MUSLIMAAT” berwarna ungu
• Persaudaraan Muslimah adalah hubungan antara sesama muslimah yg dilandasi ikatan hati berdasarkan keimanan yg menghasilkan kebaikan bagi seluruh manusia (ART, Bab I, Pasal 2)
• VISI SALIMAH
Menjadi ormas muslimah yang dinamis dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan, keluarga dan anak Indonesia.
• ASPEK LEGAL FORMAL SALIMAH
• Memiliki AD/ART
• Notaris Ny.Trie Sulistiowarni, SH.No.1, 22 Juli 2004, No.2, 08 Juli 2007, No.2 Oktober 2010
• Terdaftar di Depdagri: 157/D.I/X/2002
• Dirjen Pajak: No.PEM-261/WPJ.04/KP.1303/2004
• Website PP Salimah : www.salimah.or.id
PRESTASI SALIMAH :
JUARA 1 LOMBA WANITA INSPIRATIF, Pada Peringatan Hari Kartini yang diadakan GOW Kab. Purbalingga selama 2 tahun berturut-turut :
- Th. 2014 an.Rusmini, S.Pd.AUD
- Th. 2015 an. Lindhawati, ST.
Sekretariat : Perumahan Abdi Kencana - Jl. Sekar Kemuning – Purbalingga
STRUKTUR KEPENGURUSAN PERIODE TAHUN 2014 – 2017
Ketua : Lindhawati, ST.
Sekretaris : Riyanti, M.Pd. Bendahara : Sunarsih, S.Pd.
BIDANG PEMBINAAN UMAT
Safitri Yuhdhiyanti, S.Pd., Budiarti, A.Md., Ike Sri Maryani,S.Pd.
BIDANG PENGEMBANGAN WILAYAH
drg. Sulistyowati, Eni Wahyuningsih , S.Pd., Dewi Wahyu Setyorini, S.Pd.
BIDANG KESEJAHTERAAN DAN KESEHATAN
Laela Sa’diyah, A.Md., Purwanti, S.E.
BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT
Yuni Dwi Kushartati, S.Si. Apt., Purna Widiyanti, S.Pd., Estining Pamungkas, S.Sos., Ari Budiarti, SE.
KOSSUMA (Koperasi Syari’ah Serba Usaha Muslimah)
Titin Murtiningsih, SKM., M.Kes., Siti Pujiastuti, S.PdI.
Sudah terbentuk 17 Pimpinan Cabang (tingkat kecamatan)
dan PC Kejobong dalam rintisan pembentukan
Program Kerja :
1. Pembentukan SISTER (Sekolah Ibu Salimah Terpadu)
2. Bekerja sama dengan Majelis Ta’lim, PKK Desa / Kecamatan, Ta’mir Masjid untuk kegiatan bersama atau pengisian materi oleh PD/PC Salimah. Pilihan materi bisa berupa :
a. Materi keagamaan
b. Kesehatan diri (ibu/anak) dengan arahan Perempuan sadar gizi untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Balita (AKB)
c. Kesehatan keluarga dan lingkungan
d. Pembinaan keluarga SAMARA
e. Pendidikan dan pengasuhan anak
f. Ketrampilan memasak, handycraft, dsb.
3. Bekerja sama dengan Majelis Ta’lim atau Ta’mir Masjid dalam pelatihan dan pembentukan Tim Pengurusan Jenazah
4. Pelatihan dan Pembentukan KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari)
5. Penumbuhan jiwa wirausaha dan pengembangan usaha ekonomi keluarga
6. Pembukaan keanggotaan tingkat PC untuk Kossuma (Koperasi Syari’ah Serba Usaha Muslimah)
7. Pos Peduli Anak Yatim (P2AY) bekerja sama dengan LAZIS dan Rumah Asuh Al Inayah : menghimpun dan menyalurkan sumbangan masyarakat maupun lembaga
MARS SALIMAH
Sambutlah seruan kami, para muslimah cinta negeri
Kami berjuang menempa diri, tuk membangun peradaban islami
Anggun dinamis dan bersahaja
Meretas dan memupuk persaudaraan
Membangun masa depan nan gemilang
Dalam terangnya cahaya islam
Salimah kami pendukung citamu
Salimah kami bangga kepadamu
Salimah jalan panjang dan berliku
Tak menjadikan gentar dan ragu
Karna alloh menyertai slalu
Karna alloh menyertai slalu
INSPIRASI KETULUSAN KARTINI BAGI PEREMPUAN MERDEKA
LINDHAWATI, ST.
(Ketua Pimpinan Daerah Salimah / Persaudaraan Muslimah Kab. Purbalingga)
SOSOK PEREMPUAN MERDEKA
RA Kartini, nama perempuan Indonesia yang sederhana namun bercita dan berperan luar biasa melampaui berbagai keterbatasan yang melingkupinya. Tertetapkan sebagai salah satu Pahlawan Kemerdekaan Nasional, beliau mewariskan inspirasi perjuangan perempuan meraih cita kemerdekaan yang hakiki. Marilah sejenak kita telaah beberapa tulisan beliau, yang nyata bukan sekedar tulisan perintang waktu, namun merupakan buah kejernihan hati yang menampakkan kepedulian sesama, ketegasan sikap dan ketulusan pengorbanan.
1. Suratnya pada Stella, tanggal 12 April 1900.
“Oh sekarang saya mengerti, mengapa orang tidak setuju dengan kemajuan orang Jawa. Kalau orang Jawa berpengetahuan, dia tidak akan lagi mengiyakan atau mengamini saja segala sesuatu yang ingin dikatakan atau diwajibkan kepadanya oleh atasannya.”
Tertampakkan bahwa meskipun Kartini seorang ningrat, namun beliau merasa gelisah dan tidak rela melihat hilangnya kemerdekaan sesama manusia. Tidak manja dan egois, semangatnya meraih pendidikan tinggi tidak sekedar memuaskan ambisi pribadinya, namun berharap pula untuk membagi ilmu tersebut dengan sesama warga bangsa, serta mencitakan kemerdekaan Bumiputera terlepas dari penjajahan fisik, psikologis maupun ideologis.
2. Suratnya pada Stella, tanggal 25 Mei 1899.
“Dalam masyarakat Bumiputera, syukurlah kami belum perlu memerangi setan minuman. Tetapi saya khawatir, saya khawatir sekali – maafkan saya – peradaban Barat telah memperoleh hak hidup disin, kami juga akan melawan kejahatan itu.”
Terlihat jelas kefahamannya akan jati diri bangsa ini dan dipadu dengan ketegasan sikapnya untuk membela. Tak hendak ditukar dengan jati diri lain meski berembel-embel modern, alih-alih simbol “Kemenangan Budaya Barat”. Begitu seharusnya, jeli, teliti dan ngati-ati.
3. Suratnya pada Ny. RM. Abendanon, tanggal 9 Maret 1903.
“Kami sudah menerima kabar. Beberapa hari lagi kulit penyu itu sudah ada disini dan akan dibawa pandai emas ke Solo. Senang sekali bahwa sekarang sudah ada tiga cabang kerajinan seni yang sedang berkembang di tempat kelahiran saya. Dan kami sedang berikhtiar mencari kerajinan lain yang akan kami galakkan.”
Dari penggal surat itu, nyatalah kepedulian dan peran Kartini dalam sosial ekonomi masyarakat. Sebuah peran yang beliau tuntut pada dirinya sendiri, untuk kemanfaatan sesama yang lebih luas. Program pemberdayaan masyarakat ini salah satunya terlihat dengan upayanya untuk mengikutsertakan karya perajin Jepara pada Pameran Karya Wanita di Den Haag tahun 1898. Dan tidak kurang 50 orang tenaga kerja ahli ukir mebel dikumpulkan Kartini di kompleks Pendopo Kabupaten Jepara untuk mengerjakan berbagai pesanan.
4. Suratnya pada Nellie Van Kol, tanggal 1 Agustus 1903
“Saya akan melakukan kewajiban saya yang mulia itu tidak sebagai perempuan yang berdiri sendiri, seorang laki-laki yang cakap dan mulia akan mendampingi saya dalam usaha saya untuk bekerja bagi keperluan bangsa kami.”
Tersebutkan bahagianya dengan pernikahan yang akan dijalaninya dengan Bupati Rembang, dan harapannya untuk lebih besar berkontribusi bagi bangsa ini setelah pernikahannya. Dan benarlah sepasang suami istri ini kemudian saling mendukung menebar manfaat dengan mendirikan Sekolah Kartini dengan gedung di samping Pendopo Kabupaten Rembang.
MAKA APA PERAN KITA SAAT INI ?
Sungguh jernih tiap pemikiran Kartini dan keinginannya yang kuat untuk berbuat sesederhana apapun tampaknya. Dan saat ini tentunya kita tak ingin mengulang sejarah, tertindas di negeri tumpah darah sendiri. Khususnya bagi para perempuan, mari mengahayati makna berjuang untuk merdeka sebagaimana Kartini mengambil peran dalam tiap fase kehidupannya :
1. Peran Perempuan dalam mendidik diri untuk menjadi perempuan yang maju dan merdeka
Pastinya anda semua pernah mendengar lirik lagu ini : “wanita dijajah pria sejak dulu; dijadikan perhiasan sangkar madu….”. Sebuah lagu yang lugas menyampaikan posisi perempuan yang terjajah, dinilai dan dihargai hanya berdasar lekuk badan. Bahkan tak dipungkiri bahwa kondisi tersebut masih kita rasakan sampai saat ini, dalam aneka tayangan dan realita tertampakkan di depan mata, entah terjajah karena kondisi perempuan yang lemah atau bahkan terjajah karena memang perempuan tersebut menyediakan diri untuk dijajah. Miris.
Yang kita inginkan adalah sebagaimana orang-orang menilai seorang Kartini, sama sekali bukan dinilai dari fisiknya sehingga namanya tetap mewangi, tapi lebih pada cita besar, ketulusan dan kebermanfaatan sebagai bukti cinta pada bangsa ini. Maka hendaknya tiap perempuan senantiasa berusaha mendidik dirinya untuk mewujudkan kemerdekaannya yang hakiki.
2. Peran perempuan dalam pembelaan jati diri bangsa
Sebagaimana RA Kartini dengan jeli menilai sebuah budaya asing yang terlihat modern dan berkelas, tapi sesungguhnya merusak, maka beliau dengan tegas menyatakan akan berjuang melawannya. Inilah kecerdasan seorang perempuan yang perlu kita tanamkan pada diri kita masing-masing. Di tengah gempuran budaya asing dalam dunia yang semakin tak bersekat ini, kita harus menanamkan kefahaman akan jati diri sejati bangsa ini yang berketuhanan, keteguhan untuk melaksanakan, kepedulian untuk menyebarkan dan ketegasan sikap untuk membelanya.
3. Peran perempuan dalam menguatkan institusi keluarga
Keluarga merupakan miniatur bangsa, dimana rapuh dan runtuhnya keluarga merupakan indikator lemah dan hancurnya sebuah bangsa, begitu pula sebaliknya. Maka tak heran bahwa RA Kartini menyambut gembira akan pernikahannya di tengah semangatnya berkarya bagi bangsa, bahkan beliau berharap bahwa kiprahnya akan semakin menguat setelah berumah tangga. Demikianlah memang tujuan pernikahan sebagai penentram jiwa untuk saling mendukung dalam kebaikan. Maka masing-masing harus belajar untuk berkompromi dalam segala hal, komitmen terhadap hak dan kewajiban satu sama lain, menjauhi perselisihan, mendefinisikan tujuan keluarga dan bekerja untuk merealisasikannya, serta pengayoman pendidikan anak pada prinsip agama dan moralitas.
4. Peran perempuan dalam pemberdayaan masyarakat
Dengan berbagai peran perempuan di atas, masih terbuka satu peran lagi yang mengharap kepedulian perempuan. Tengoklah keluar, dan lihatlah anak-anak yang tak bersekolah karena tak ada biaya, para remaja adu otot dan bersikap arogan pada guru dan orang tuanya. Tengoklah bahwa di antara mereka adalah berlian yang menunggu sentuhan dan polesan. Tidakkah kau ingin menjadi perantara bangkitnya masa depan mereka ?
PENUTUP
Tulisan ini ditujukan untuk pengingat diri, bahwa ada banyak hal yang harus kita kerjakan sebagai perempuan. Maka dengan waktu dan jangkauan yang kita terbatas, mari masing-masing bergegas mengambil peran. Dunia sedang terbakar, dan tiap kita berkewajiban untuk menyiramkan air walau sedikit. Pengorbanan bagi bangsa tak kan bernilai sia-sia, bahkan akan menjadi bekal yang akan kita bawa pulang kembali ke kampung halaman yang kekal, insyaAllah. Jika bukan kita anak-anak yang lahir dari rahim ibu pertiwi untuk berbuat, pada siapa lagi kita berharap ? Akhirnya, semoga kebaikan, kemuliaan akan mendunia. Amin.
• Persaudaraan Muslimah adalah hubungan antara sesama muslimah yg dilandasi ikatan hati berdasarkan keimanan yg menghasilkan kebaikan bagi seluruh manusia (ART, Bab I, Pasal 2)
• VISI SALIMAH
Menjadi ormas muslimah yang dinamis dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan, keluarga dan anak Indonesia.
• ASPEK LEGAL FORMAL SALIMAH
• Memiliki AD/ART
• Notaris Ny.Trie Sulistiowarni, SH.No.1, 22 Juli 2004, No.2, 08 Juli 2007, No.2 Oktober 2010
• Terdaftar di Depdagri: 157/D.I/X/2002
• Dirjen Pajak: No.PEM-261/WPJ.04/KP.1303/2004
• Website PP Salimah : www.salimah.or.id
PRESTASI SALIMAH :
JUARA 1 LOMBA WANITA INSPIRATIF, Pada Peringatan Hari Kartini yang diadakan GOW Kab. Purbalingga selama 2 tahun berturut-turut :
- Th. 2014 an.Rusmini, S.Pd.AUD
- Th. 2015 an. Lindhawati, ST.
Sekretariat : Perumahan Abdi Kencana - Jl. Sekar Kemuning – Purbalingga
STRUKTUR KEPENGURUSAN PERIODE TAHUN 2014 – 2017
Ketua : Lindhawati, ST.
Sekretaris : Riyanti, M.Pd. Bendahara : Sunarsih, S.Pd.
BIDANG PEMBINAAN UMAT
Safitri Yuhdhiyanti, S.Pd., Budiarti, A.Md., Ike Sri Maryani,S.Pd.
BIDANG PENGEMBANGAN WILAYAH
drg. Sulistyowati, Eni Wahyuningsih , S.Pd., Dewi Wahyu Setyorini, S.Pd.
BIDANG KESEJAHTERAAN DAN KESEHATAN
Laela Sa’diyah, A.Md., Purwanti, S.E.
BIDANG HUBUNGAN MASYARAKAT
Yuni Dwi Kushartati, S.Si. Apt., Purna Widiyanti, S.Pd., Estining Pamungkas, S.Sos., Ari Budiarti, SE.
KOSSUMA (Koperasi Syari’ah Serba Usaha Muslimah)
Titin Murtiningsih, SKM., M.Kes., Siti Pujiastuti, S.PdI.
Sudah terbentuk 17 Pimpinan Cabang (tingkat kecamatan)
dan PC Kejobong dalam rintisan pembentukan
Program Kerja :
1. Pembentukan SISTER (Sekolah Ibu Salimah Terpadu)
2. Bekerja sama dengan Majelis Ta’lim, PKK Desa / Kecamatan, Ta’mir Masjid untuk kegiatan bersama atau pengisian materi oleh PD/PC Salimah. Pilihan materi bisa berupa :
a. Materi keagamaan
b. Kesehatan diri (ibu/anak) dengan arahan Perempuan sadar gizi untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Balita (AKB)
c. Kesehatan keluarga dan lingkungan
d. Pembinaan keluarga SAMARA
e. Pendidikan dan pengasuhan anak
f. Ketrampilan memasak, handycraft, dsb.
3. Bekerja sama dengan Majelis Ta’lim atau Ta’mir Masjid dalam pelatihan dan pembentukan Tim Pengurusan Jenazah
4. Pelatihan dan Pembentukan KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari)
5. Penumbuhan jiwa wirausaha dan pengembangan usaha ekonomi keluarga
6. Pembukaan keanggotaan tingkat PC untuk Kossuma (Koperasi Syari’ah Serba Usaha Muslimah)
7. Pos Peduli Anak Yatim (P2AY) bekerja sama dengan LAZIS dan Rumah Asuh Al Inayah : menghimpun dan menyalurkan sumbangan masyarakat maupun lembaga
MARS SALIMAH
Sambutlah seruan kami, para muslimah cinta negeri
Kami berjuang menempa diri, tuk membangun peradaban islami
Anggun dinamis dan bersahaja
Meretas dan memupuk persaudaraan
Membangun masa depan nan gemilang
Dalam terangnya cahaya islam
Salimah kami pendukung citamu
Salimah kami bangga kepadamu
Salimah jalan panjang dan berliku
Tak menjadikan gentar dan ragu
Karna alloh menyertai slalu
Karna alloh menyertai slalu
INSPIRASI KETULUSAN KARTINI BAGI PEREMPUAN MERDEKA
LINDHAWATI, ST.
(Ketua Pimpinan Daerah Salimah / Persaudaraan Muslimah Kab. Purbalingga)
SOSOK PEREMPUAN MERDEKA
RA Kartini, nama perempuan Indonesia yang sederhana namun bercita dan berperan luar biasa melampaui berbagai keterbatasan yang melingkupinya. Tertetapkan sebagai salah satu Pahlawan Kemerdekaan Nasional, beliau mewariskan inspirasi perjuangan perempuan meraih cita kemerdekaan yang hakiki. Marilah sejenak kita telaah beberapa tulisan beliau, yang nyata bukan sekedar tulisan perintang waktu, namun merupakan buah kejernihan hati yang menampakkan kepedulian sesama, ketegasan sikap dan ketulusan pengorbanan.
1. Suratnya pada Stella, tanggal 12 April 1900.
“Oh sekarang saya mengerti, mengapa orang tidak setuju dengan kemajuan orang Jawa. Kalau orang Jawa berpengetahuan, dia tidak akan lagi mengiyakan atau mengamini saja segala sesuatu yang ingin dikatakan atau diwajibkan kepadanya oleh atasannya.”
Tertampakkan bahwa meskipun Kartini seorang ningrat, namun beliau merasa gelisah dan tidak rela melihat hilangnya kemerdekaan sesama manusia. Tidak manja dan egois, semangatnya meraih pendidikan tinggi tidak sekedar memuaskan ambisi pribadinya, namun berharap pula untuk membagi ilmu tersebut dengan sesama warga bangsa, serta mencitakan kemerdekaan Bumiputera terlepas dari penjajahan fisik, psikologis maupun ideologis.
2. Suratnya pada Stella, tanggal 25 Mei 1899.
“Dalam masyarakat Bumiputera, syukurlah kami belum perlu memerangi setan minuman. Tetapi saya khawatir, saya khawatir sekali – maafkan saya – peradaban Barat telah memperoleh hak hidup disin, kami juga akan melawan kejahatan itu.”
Terlihat jelas kefahamannya akan jati diri bangsa ini dan dipadu dengan ketegasan sikapnya untuk membela. Tak hendak ditukar dengan jati diri lain meski berembel-embel modern, alih-alih simbol “Kemenangan Budaya Barat”. Begitu seharusnya, jeli, teliti dan ngati-ati.
3. Suratnya pada Ny. RM. Abendanon, tanggal 9 Maret 1903.
“Kami sudah menerima kabar. Beberapa hari lagi kulit penyu itu sudah ada disini dan akan dibawa pandai emas ke Solo. Senang sekali bahwa sekarang sudah ada tiga cabang kerajinan seni yang sedang berkembang di tempat kelahiran saya. Dan kami sedang berikhtiar mencari kerajinan lain yang akan kami galakkan.”
Dari penggal surat itu, nyatalah kepedulian dan peran Kartini dalam sosial ekonomi masyarakat. Sebuah peran yang beliau tuntut pada dirinya sendiri, untuk kemanfaatan sesama yang lebih luas. Program pemberdayaan masyarakat ini salah satunya terlihat dengan upayanya untuk mengikutsertakan karya perajin Jepara pada Pameran Karya Wanita di Den Haag tahun 1898. Dan tidak kurang 50 orang tenaga kerja ahli ukir mebel dikumpulkan Kartini di kompleks Pendopo Kabupaten Jepara untuk mengerjakan berbagai pesanan.
4. Suratnya pada Nellie Van Kol, tanggal 1 Agustus 1903
“Saya akan melakukan kewajiban saya yang mulia itu tidak sebagai perempuan yang berdiri sendiri, seorang laki-laki yang cakap dan mulia akan mendampingi saya dalam usaha saya untuk bekerja bagi keperluan bangsa kami.”
Tersebutkan bahagianya dengan pernikahan yang akan dijalaninya dengan Bupati Rembang, dan harapannya untuk lebih besar berkontribusi bagi bangsa ini setelah pernikahannya. Dan benarlah sepasang suami istri ini kemudian saling mendukung menebar manfaat dengan mendirikan Sekolah Kartini dengan gedung di samping Pendopo Kabupaten Rembang.
MAKA APA PERAN KITA SAAT INI ?
Sungguh jernih tiap pemikiran Kartini dan keinginannya yang kuat untuk berbuat sesederhana apapun tampaknya. Dan saat ini tentunya kita tak ingin mengulang sejarah, tertindas di negeri tumpah darah sendiri. Khususnya bagi para perempuan, mari mengahayati makna berjuang untuk merdeka sebagaimana Kartini mengambil peran dalam tiap fase kehidupannya :
1. Peran Perempuan dalam mendidik diri untuk menjadi perempuan yang maju dan merdeka
Pastinya anda semua pernah mendengar lirik lagu ini : “wanita dijajah pria sejak dulu; dijadikan perhiasan sangkar madu….”. Sebuah lagu yang lugas menyampaikan posisi perempuan yang terjajah, dinilai dan dihargai hanya berdasar lekuk badan. Bahkan tak dipungkiri bahwa kondisi tersebut masih kita rasakan sampai saat ini, dalam aneka tayangan dan realita tertampakkan di depan mata, entah terjajah karena kondisi perempuan yang lemah atau bahkan terjajah karena memang perempuan tersebut menyediakan diri untuk dijajah. Miris.
Yang kita inginkan adalah sebagaimana orang-orang menilai seorang Kartini, sama sekali bukan dinilai dari fisiknya sehingga namanya tetap mewangi, tapi lebih pada cita besar, ketulusan dan kebermanfaatan sebagai bukti cinta pada bangsa ini. Maka hendaknya tiap perempuan senantiasa berusaha mendidik dirinya untuk mewujudkan kemerdekaannya yang hakiki.
2. Peran perempuan dalam pembelaan jati diri bangsa
Sebagaimana RA Kartini dengan jeli menilai sebuah budaya asing yang terlihat modern dan berkelas, tapi sesungguhnya merusak, maka beliau dengan tegas menyatakan akan berjuang melawannya. Inilah kecerdasan seorang perempuan yang perlu kita tanamkan pada diri kita masing-masing. Di tengah gempuran budaya asing dalam dunia yang semakin tak bersekat ini, kita harus menanamkan kefahaman akan jati diri sejati bangsa ini yang berketuhanan, keteguhan untuk melaksanakan, kepedulian untuk menyebarkan dan ketegasan sikap untuk membelanya.
3. Peran perempuan dalam menguatkan institusi keluarga
Keluarga merupakan miniatur bangsa, dimana rapuh dan runtuhnya keluarga merupakan indikator lemah dan hancurnya sebuah bangsa, begitu pula sebaliknya. Maka tak heran bahwa RA Kartini menyambut gembira akan pernikahannya di tengah semangatnya berkarya bagi bangsa, bahkan beliau berharap bahwa kiprahnya akan semakin menguat setelah berumah tangga. Demikianlah memang tujuan pernikahan sebagai penentram jiwa untuk saling mendukung dalam kebaikan. Maka masing-masing harus belajar untuk berkompromi dalam segala hal, komitmen terhadap hak dan kewajiban satu sama lain, menjauhi perselisihan, mendefinisikan tujuan keluarga dan bekerja untuk merealisasikannya, serta pengayoman pendidikan anak pada prinsip agama dan moralitas.
4. Peran perempuan dalam pemberdayaan masyarakat
Dengan berbagai peran perempuan di atas, masih terbuka satu peran lagi yang mengharap kepedulian perempuan. Tengoklah keluar, dan lihatlah anak-anak yang tak bersekolah karena tak ada biaya, para remaja adu otot dan bersikap arogan pada guru dan orang tuanya. Tengoklah bahwa di antara mereka adalah berlian yang menunggu sentuhan dan polesan. Tidakkah kau ingin menjadi perantara bangkitnya masa depan mereka ?
PENUTUP
Tulisan ini ditujukan untuk pengingat diri, bahwa ada banyak hal yang harus kita kerjakan sebagai perempuan. Maka dengan waktu dan jangkauan yang kita terbatas, mari masing-masing bergegas mengambil peran. Dunia sedang terbakar, dan tiap kita berkewajiban untuk menyiramkan air walau sedikit. Pengorbanan bagi bangsa tak kan bernilai sia-sia, bahkan akan menjadi bekal yang akan kita bawa pulang kembali ke kampung halaman yang kekal, insyaAllah. Jika bukan kita anak-anak yang lahir dari rahim ibu pertiwi untuk berbuat, pada siapa lagi kita berharap ? Akhirnya, semoga kebaikan, kemuliaan akan mendunia. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar