"Dari
kerusi roda itu, dia menggoncang dunia untuk kemerdekaan Palestina" Tahu
tak siapa beliau? Hari ini nak berkongsi tentang seorang tokoh kontemporari
iaitu AS-SYAHID SYEIKH AHMAD YASSIN 1938-2004 (66TH). Sahabat² kenal
tak dgn beliau? Hmmm.. Sebenarnya saya pun tidak seberapa kenal dgn siapa
beliau sebelum ini. Kenapa ramai sangat orang kagum dgn beliau? Tapi
alhamdulillah, kak Anisa Husna (AniUna) telah menceritakan sedikit latar
belakang beliau sehingga bagaimana beliau menemui ajal berdasarkan sebuah buku
yg pernah dibacanya. (tapi kak AniUna tak ingat buku apa. Kalau ada yang tahu
tajuk buku tu inform saya ya). :: Kagum dengan beliau. Kenapa? Sebab walaupun
beliau lumpuh, cacat anggota, berkerusi roda & suda tua namun tidak menjadi
penghalang kepadanya utk bergerak sebagai aktivis perjuangan Islam & jihad
menghadapi penjajah Yahudi. Hatinya tegar, jiwanya besar. Allahuakhbar!!!
Keluar masuk penjara sudah menjadi kebiasaan baginya baik penjara regim Sekular
Palestin, PLO (Yaser Arafat) – sekarang "Fatah" atau "penjara
Israel". Sebahagian besar hidupnya dihabiskan di atas kerusi roda yg
ditolak oleh pembantunya. Seksaan di penjara Israel menyebabkan ia bukan hanya
terus lumpuh, *☆
Namun bertambah derita lain seperti pandangan mata kirinya yg kabur &
telinga yg tidak dapat mendengar lagi dgn baik. Ditambah dgn penyakit jantung
serta gangguan pencernaan. Siksaan berterusan membuatkan fizikalnya menjadi
semakin lemah. *☆
Namun, fizikalnya yg rosak bukan penghalang baginya utk teguh menasihati, membangkitkan
semangat ummah & para pejuang Palestin sehingga ianya menjadi mimpi ngeri
bagi Israel. Setiap patah kata ² nya diterima pakai & dilaksanakan. Tahun
1983, beliau dipenjarakan lagi atas dakwaan menubuhkan kumpulan rahsia ‘Tanzhim
‘Askari’ & memprovokasi massa agar menyahkan Israel dari muka bumi.
Mahkamah tentera Zionis menghukumnya dgn penjara selama 13 tahun. Tidak sampai
tempoh itu, beliau dibebaskan. Tahun 1987, "Harakatul Muqawwamatul
Islamiyyah" (Hamas) ditubuhkan sebagai sayap Ikhwan Muslimin Palestin.
Sheikh Ahmad Yasin diangkat menjadi amir pertama. Hamas gerakan jihad dengan
meletakkan Islam sebagai dasar perjuangan. Namun, mereka tetap menjaga hubungan
dgn gerakan kemerdekaan Palestin yg lain seperti PLO yg agak berhaluan sekular.
Tanggal 09 Dis 1987, Intifadhah besar²an Palestin kali pertama dibangkitkan.
*************************************** :: Sedih dengar cara kematian beliau.
JAHATNYA YAHUDI. YAHUDI LAKNATULLAH (pernah dengar satu ceramah kalau dengar
perkataan YAHUDI sambung dgn perkataan LAKNATULLAH). Tak sanggup nak tengok
gambar beliau ditembak di kepala seusai solat subuh. Kugagahkan diri untuk
melihatnya & beginilah keadaannya... Melihat gambar ini sahaja begitu
meruntun hatiku Dan ini lagi. MasyaAllah begitu kejam kamu YAHUDI LAKNATULLAH
Bayangkan sahaja mayat As-Syahid Syeikh Ahmad Yasin dikutip satu persatu
memandang berterabur selepas ditembak 3 peluru sekaligus. Saya tak dapat
bayangkan.. Sedih tak? Kalau kita yg tidak berada ditempat kejadian sedih,
inikan pula mereka berjuang bersama dgn beliau yg melihat depan mata peluru
menghancur-beraikan otaknya. Allahurabbi. Lihatlah bagaimana keadaan beliau...
Nak tahu bagaimana ini semua berlaku? Teruskan membaca...(",) Detik²
akhirnya tiba jua. Saat selesai menunaikan solat Subuh tanggal 22 Mac 2004,
sejurus melangkah utk keluar dari masjid, 3 peluru berpandu yg ditembak oleh
helikopter Apache tepat mengenai kepala & tubuhnya. Kepalanya hancur &
tangannya putus. Kerusi roda yg dinaikinya hancur musnah. Dagingnya terpaksa dikutip
satu persatu & dimasukkan ke dlm plastik. Isterinya, Hajjah Ummu Muhammad
memberitahu bahawa, hari² terakhir suaminya sudah dirasai oleh As-Syahid Sheikh
Yasin sendiri. “Saya punya firasat akan segera mendapatkan kesyahidan &
memang itulah yg saya minta. Saya hanya mencari akhirat, bukan dunia” kata²
As-Syahid Sheikh Ahmad Yasin pada anak²nya. Pada malam terakhir, beliau
beri’tikaf di masjid Majma’ Al-Islamiy & berniat puasa sunat setelah
meminum segelas air putih. Kemudian beliau menunaikan Solat Subuh. Ancaman
bahaya dirasai oleh ahli jama’ah masjid & mereka bertindak mengambil tayar²
serta membakarnya agar asap yg naik nanti akan melindungi pergerakan beliau.
Namun, Sheikh Ahmad Yasin melarangnya. Beliau terus keluar dari pintu masjid
& sejurus itu, peluru menghentam beliau & para pengawalnya termasuk
menantunya, Khamis Musytaha. Mereka semua gugur syahidDi
saat-saat sebelum Syaikh Yassin terbunuh, sambil menangis Abdil Aal mengatakan:
“Saya sedang duduk bersama sepupu saya, asy syahid Amir Abid Aal, dan asy syahid
Mu’min Al Yazuri yang ikut syahid bersama dengan Syaikh Yassin. Syaikh Yassin
bertanya kepada mereka: “Bagaimana cuaca di luar?” Lalu salah seorang dari
mereka menjawab: “cuaca terlalu dingin. Jadi, jangan keluar dulu nanti malah
menjadi ‘sakit’. Ini merupakan upaya para anak muda untuk mencegah Syaikh
keluar dari masjid, agar pesawat Israel tidak bisa menyerangnya. “Saya berkata
kepada Syaikh: “Langit penuh dengan pesawat Israel dan situasi sangat
berbahaya. Syaikh Yassin dengan tenang menjawab: “Anakku ..Tak ada yang bisa
lolos dari takdir-Nya “. Anak Palestina itu mengatakan bahwa Syaikh meminta
semua anak muda yang berada di masjid untuk segera pulang ke rumah mereka
masing-masing demi keselamatan mereka.
Syaikh kemudian menunggu sampai semua dari mereka pulang ke
rumah mereka masing-masing, kecuali Mu’min Al Yazouri, Amir Abid Aal dan
pengawal yang tinggal bersamanya. Lalu, kemudian ketika mereka keluar dari
masjid, tidak lama kemudian pesawat-pesawat Zionis menyerang mereka. Syaikh
Yassin syahid (insyaAllah) bersama dengan teman-temannya, Mu’min dan Amir.
Di depan para wartawan
internasional, suatu hari ia pernah berkata tentang kesiapannya menghadapi
maut.
"Kematian tetaplah kematian, meski
karena dibunuh atau oleh kanker. Sama saja. Tak ada bedanya, mati disebabkan
oleh sebuah apache atau serangan jantung. Tapi saya lebih
memilih terbunuh oleh apache."
ujar Rantisi di hari ketika ia dipilih
sebagai pimpinan Hamas menggantikan Syaikh Ahmad Yassin.
Pagi itu, sejak dini hari
Rantisi sudah berdendang dengan senang.
"Agar Allah memasukkanku ke dalam
surga. Itulah keinginanku yang paling tinggi."
Begitulah nasyid yang
digubah oleh Hamas, ia nyanyikan dengan nada riang gembira. Berulang-ulang,
berulang-ulang.
Tak biasanya ia begitu.
Pagi itu ia bangun dengan wajah berseri-seri, sangat terang dan bercahaya,
begitu kata sang istri mengenang hari terakhir bersama suami dan ayah yang
sangat mulia itu. Pagi itu, saat ia keluar rumah, Rantisi mengenakan baju
paling bagus yang ia punya. Hari itu, sejak syahidnya Syaikh Ahmad Yassin, ia
sudah dua bulan tak singgah di rumah.
Hari itu, ia sudah bersiap
pergi dengan baju paling bagus yang ia miliki. Dan hari itu, anak perempuannya
yang masih ingin membunuh rindu, meminta sang ayah untuk menunda kepergiannya.
"Ayah hendak ke mana? Tinggallah
lebih lama di sini. Kami masih rindu sekali." ujar Asma pada sang ayah.
Tetapi seperti biasa,
dengan lembut Rantisi mengatakan tentang kesibukannya.
"Ayah punya kesibukan yang banyak
sekali."
ujarnya.
Lalu setelah itu, ia
melangkah keluar rumah. Hanya dalam hitungan menit, tak lama, bahkan belum lagi
hilang aroma tubuhnya di dalam rumah, suara ledakan terdengar sangat
dahsyatnya.
"Allah..." Asma tersentak, sekaligus
tahu bahwa sang ayah yang baru melangkahi pintu rumahnya telah pergi untuk
selama-lamanya.
"Ayah syahid" bisiknya dalam hati sembari
melantunkan do'a.
Padahal, belum lagi ada
berita yang ia terima. Padahal, semua orang masih sibuk terpana dan terkejut
karena serangan apache yang terbang begitu rendah. Tapi, untuk seorang anak
yang sangat mencintai ayahnya, Asma tahu, ayahnya telah sampai pada cita-cita
yang sejak pagi ia dendangkan dari bibirnya. Surga dari Yang Maha Tinggi.
Sebuah rudal menghantam
mobil Abdul Aziz Rantisi hari itu, 17 April 2004. Hari pertemuan yang telah
dijanjikan oleh Tuhannya. Ketika melihat helikopter apache milik Isr*el buatan
Amerika, Abdul Aziz Rantisi sempat berlari dari mobilnya, beberapa ratus meter
jauhnya. Ia berlari bukan karena takut pada kematian, atau gentar pada apache
yang pernah ia sebutkan, tapi ia ingat beban dan tanggung jawab yang masih
demikian besar. Namun, ledakan rudal teramat besar. Rantisi roboh, pingsan, dan
kritis seketika. Ia sempat dilarikan ke Rumah Sakit Asy Syifa, tapi janji
pertemuan adalah janji yang tak bisa diundur atau ditunda lagi. Abdul Aziz
Rantisi syahid bertemu Rabbnya.
Pemuda-pemuda di Jalur Gaza
berebut menciumi jenazahnya. Pejuang-pejuang Palestina berebut mengusap darah
yang meleleh dari bagian kepala, mereka semua berharap akan mendapat syafa'at
dari asy syahid (dengan izin Allah, red). Mereka berharap mendapat kesempatan
untuk menjadi seperti asy syahid. Pemuda-pemuda itu tak menangis, mereka justru
sangat gembira, mereka tahu satu lagi penduduk surga (In syaa’Allaah, red.)
telah bertambah.
Abdul Aziz Rantisi adalah
seorang dokter spesialis anak. Karenanya, meski namanya begitu ditakuti oleh
tentara dan negara Zi*nis Isr*el, ia adalah seorang lelaki yang lembut jiwanya.
Tak ada seorang dokter anak yang tak lembut jiwanya. Tapi, tak ada yang sekeras
Rantisi ketika memerangi musuh rakyatnya.
Ia lahir di sebuah desa di
Palestina bernama Yibna, pada Oktober 1947. Yibna adalah desa yang indah,
terletak di antara Ashkelone dan Jaffa, yang kini berada di bawah kekuasaan
Isr*el. Ketika sudah dewasa, Abdul Aziz Rantisi pernah mengunjungi rumahnya.
"Saya pernah mendatangi rumah itu,
ruang keluarganya masih ada, dan itu sangat membekas di dalam hati saya.
Gambaran kota tempat kelahiran saya, seperti yang diceritakan oleh orangtua
saya menjelang tidur muncul kembali saat melihat rumah itu. Ayah dan ibu
menggendong saya di dalam pelukannya di rumah ini, masih terbayang dengan jelas
di dalam benak saya." kenang
Rantisi yang merekonstruksi ingatannya berdasarkan kisah sang ibu.
Pada saat usianya masih
enam bulan, seluruh keluarga ayahnya, Mohammad Dahlan, dipaksa mengungsi,
diusir oleh penjajah Isr*el dari tanah kelahiran mereka. 200.000 manusia terlunta-lunta
dari kotanya, di penampungan pengungsi yang sudah penuh di Jalur Gaza. Mereka
berharap bisa kembali setelah Perang Enam Hari usai. Tapi rupanya, itulah kali
terakhir rakyat Palestina melihat rumah dan tanahnya. Mereka tak pernah
kembali, dan tak pernah bisa kembali karena Isr*el dengan kekejamannya telah
menguasai.
Abdul Aziz Rantisi tumbuh
dan besar di tengah kondisi yang sangat memprihatinkan di kamp pengungsian.
Bersama kedua orangtuanya, dengan delapan saudara laki-laki serta dua saudara
perempuannya, Abdul Aziz Rantisi tinggal di tenda pengungsian selama empat
tahun pertama mereka di Khan Younis. Setelah itu, keluaranya pindah dan
bermukim di sebuah gedung sekolah, sebelum akhirnya tinggal di sebuah rumah
sederhana yang dibangun oleh PBB untuk para pengungsi.
Sejak usia enam tahun, ia
sudah mulai bekerja, membantu ayahnya memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sembari
bersekolah di lembaga pendidikan menengah yang juga dibangun oleh PBB melalui
badan UNRWA. Pada tahun 1965, ia lulus sebagai siswa terbaik di sekolahnya.
Pada tahun itu, pemerintah Mesir mengeluarkan program beasiswa terutama untuk
anak-anak pengungsi di Jalur Gaza yang tidak mampu membiayai pendidikannya.
Maka mendaftarlah Abdul Aziz Rantisi di Universitas Alexandria di bidang kedokteran
anak. Saat itu, di dalam benaknya sama sekali tak ada ambisi untuk menjadi
seorang politisi, apalagi seorang pejuang yang kelak memperjuangkan kemerdekaan
Palestina dari penjajahan Isr*el Raya.
Sampai suatu ketika, ia
bertemu dengan seorang imam masjid yang dulu pernah ia kenal sebagai imam
masjid kecil di kamp pengungsian. Syaikh Mahmud Eid namanya. Lewat tokoh ini,
Abdul Aziz Rantisi berkenalan dengan ide dan gerakan Ikhwanul Muslimin yang
didirikan oleh Imam Syahid Hassan Al Banna. Melalui ide dan pemikiran Ikhwanul
Muslimin, Abdul Aziz Rantisi mulai mengenal dengan persatuan dunia Arab dan
Islam yang sesungguhnya, bukan Pan Arabisme yang dimunculkan oleh Presiden
Jamal Abdul Nasser, presiden Mesir kala itu yang berbasis ideologi komunisme.
Abdul Aziz Rantisi juga
mempelajari dengan serius gagasan dan perjuangan Sayyid Quthb yang dianggap
sebagai salah satu pemikir besar dalam organisasi Ikhwanul Muslimin. Dan dari
buku Ma'alim fi ath Thariq, atau Petunjuk Jalan, Rantisi menggarisbawahi dua pemikiran
Sayyid Quthb yang kelak menjadi ideologi gerakan yang ia yakini.
Pertama, seorang Muslim
haruslah memenuhi jiwa dan relung pikirannya dengan Islam. Di rumah, di
sekolah, di rumah sakit tempatnya bekerja, sebagai insinyur, dalam hubungan
sosial, dan lain-lain. Dengan begitu, potensi masyarakat Arab akan kembali
muncul seperti yang dulu pernah dimunculkan oleh Rasulullah. Kedua, melalui
Sayyid Quthb, Abdul Aziz Rantisi percaya bahwa seluruh ideologi dunia yang ada
saat ini sudah mengalami kegagalan yang sempurna. Komunis telah gagal.
Nasionalis pun juga gagal. Apalagi sekularisme, gagal total. Dunia sedang
mengalami kekosongan ideologi sekarang. Dan di masa yang sangat kritis ini,
seharusnya Islam muncul sebagai solusi. Sudah saatnya umat Islam memainkan
peranan vital dan signifikan. Sudah saatnya bagi Islam.
Dengan berbekal pemahaman
seperti itu, terjadi pematangan dalam jiwa seorang Abdul Aziz Rantisi. Pada
tahun 1972, ia lulus dari studinya di bidang spesialis anak. Dan pada tahun
1973, ia mendirikan Gaza Islamic Center. Betapa besar loncatan yang dibuat oleh
Rantisi. Dari seorang mahasiswa yang tak punya ambisi apapun, kecuali karir
akademik, menjadi seorang yang dengan semangat mendirikan sebuah lembaga yang
kelak akan digunakannya sebagai sarana melawan penjajah.
Pada periode tertentu,
seluruh pimpinan Ikhwanul Muslimin di Jalur Gaza ditangkap oleh tentara Isr*el
Raya, termasuk Syaikh Yassin yang diganjar penjara 13 tahun lamanya. Di tengah
kekosongan inilah, kader muda yang bernama Abdul Aziz Rantisi muncul ke muka.
Ia memulai gerakannya dari kampus. Memenangkan kepemimpinan kampus, dengan
mengantongi suara 80% melawan kandidat yang didukung oleh PLO.
Bersama enam tokoh lain,
Rantisi membentuk Hamas. Ketujuh tokoh ini adalah Syaikh Ahmad Yassin, Abdul
Aziz Rantisi, Abdul Fattah Dukhan, Mohammad Shamma', Dr Ibrahim Al Yasour, Issa
Al Najjar, dan Shalah Shahadah. Pada tahun 1988, Abdul Aziz Rantisi ditangkap
dan ditahan oleh tentara Zi*nis Isr*el dengan tuduhan mendukung gerakan
Intifada. Abdul Aziz Rantisi divonis 2,5 tahun penjara dan tentu saja bukan
penjara yang ringan jika berada di bawah kekuasaan Zi*nis Isr*el. Berbagai
penyiksaan dan dera, tentu saja membarengi selama penahanan dirinya.
Di mata istri dan
anak-anaknya, Abdul Aziz Rantisi adalah seorang pria yang lembut dan penuh
kasih sayang pada keluarganya. Ia memiliki empat orang anak perempuan dan dua
orang anak laki-laki. Semuanya mengenang Rantisi dengan catatan tinta emas
sebagai seorang ayah dan pejuang yang sungguh-sungguh menegakkan Islam.
Asma, anak perempuan
Rantisi yang terkecil, suatu hari bertutur tentang puisi yang ditulis ayahnya
di dalam penjara tentang dirinya. Saat ia mengunjungi sang ayah, dari balik
terali besi sang ayah menyodorkan tulisan berisi puisi:
seperti cahaya
di waktu dhuha
yang menyala-nyala
tersenyum menghiasi langitNya
Begitu pujian Rantisi pada
anak perempuannya. Pada Asma, Rantisi mengatakan bahwa ia adalah anak yang
paling dicintainya. Dengan bangga Asma pulang ke rumah dan mengabarkan rasa
cinta sang ayah pada dirinya. Tapi rupanya, Rantisi juga berkata pada setiap
anaknya bahwa mereka adalah anak yang paling ia cintai. Asma pun akhirnya
bertukar senyum pada saudara-saudaranya, merasa beruntung memiliki ayah seperti
ayah mereka.
Bagi Rasya, istri Rantisi,
ia adalah suami ideal yang kelak diharapkan syafa'atnya (dengan izin Allah,
red.) di surga.
"Selama kami bersama, 30 tahun,
saya bersaksi bahwa akhlaknya benar-benar menyontoh Rasulullah." kenang sang istri.
Di hari pemakaman, sang
istri, Rasya berucap dengan sangat syahdu tentang suami tercinta.
"Demi Allah, ini adalah hari yang
paling membanggakan. Saya berdiri di sini, di pagi yang cerah ini pada
pemakaman suami saya yang mulia yang telah disambut 72 bidadari hurun 'iin yang
jelita. Ya Allah, berikan padanya bidadari. Ya Allah, berikan kemenanganMu pada
Hamas setelah musibah hari ini. Gantilah musibah yang terjadi hari ini dengan
anugerah yang indah di esok hari. Saya ingin sekali mati syahid, sepertinya,
seperti suami saya yang tercinta. Tapi Allah menetapkan ajal kami di waktu yang
berbeda. Ya Allah, pertemukan kami, anak dan istrinya, cucu dan keluarganya
dengan lelaki yang kami cinta, Abdul Aziz Rantisi yang mulia."
Maka, berakhirlah kisah
hidup sang pahlawan itu. Di mata manusia, tubuhnya memang terluka. Namun di
depan Allah, ia memancarkan sinar seterang-terangnya. Semoga Allah merahmatinya
dan merahmati semua orang yang berjuang di jalanNya.
Wakil Mursyid Aam Ikhwanul
Muslimin, sang Dai dan sang Murabbi Al-Ustadz Jum’ah Amin Abdul Aziz, Sabtu pagi
(24/1/2015) di London pada usia delapan puluh tahun. Seperti yang dilansir
Ikhwanonline.com
unia Islam lagi-lagi
kehilangan seorang sosok pemikir Islam moderat, al-syaikh al-alim al-allamah
Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi. Beliau wafat Kamis malam (21/3) akibat
serangan bom bunuh diri yang dilakukan oleh teroris-ekstrem ketika sedang
memberikan pengajian mingguan di Masjid Jami' Al-Iman, Mazraa, Damaskus.
Dalam kejadian yang menelan
banyak korban itu, cucu Dr. Buthi—demikian beliau akrab disapa—yang bernama
Ahmad juga ikut menjadi korban pengeboman.
Perihal kepergian Dr. Buthi
ini, kurang lebih sekitar dua minggu sebelum kejadian tersebut, Habib Ali
Al-Jufri ketika menelpon Dr. Buthi seakan sudah mendapat isyarat akan
kwafatannya. Di akhir pembicaraan itu, Dr. Buthi berkata kepada Habib Ali:
"Tidak akan tersisa umurku kecuali hanya beberapa hari lagi. Sungguh aku
telah mencium bau surga di belakangnya. Maka jangan lupa untuk
mendoakanku".
Dr. Al-Buthi adalah figur
ulama yang mengabdikan hidupnya sebagai seorang pembimbing dan dai sembari
terus menampilkan sikap zuhud di dunia yang fana. Orang yang berprinsip tegas
jika memang benar itu adalah benar, tanpa peduli tindakannya nanti akan dicerca
orang ataupun sebaliknya.
Allah subhanahu
wata’ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ
ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu.” (Qs.
Ali Imran: 185)Dunia Islam telah menerima kabar pengeboman yang terjadi di masjid Al Iman di Damaskus yang membunuh Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan Al Buthi dan sejumlah muridnya dengan keji.
Kematian Sebuah Misteri
Siapapun manusia didunia ini, baik ulama, cendikiawan, dokter, psycholog, para normal atau apapun statusnya tidak akan tahu kapan hari, jam, dan tanggal kematiannya. Karena kematian seseorang merupakan hak prerogative Allah SWT yang tidak pernah diumumkan kepada manusia.
Untuk para hamba yang memiliki pemahaman seperti ini, ia akan selalu siaga untuk menghadapi hari kematiannya dengan berbagai amal yang diridhoi Allah SWT. Siaga menghadapi kematian melebihi kesiagaan dalam hal lain. Misalnya saat ini banyak orang melakukan siaga bencana, siaga perang, siaga banjir dan siaga-siaga lainya tapi luput programnya dari siaga kematian. Padahal kematian adalah sebuah misteri, ia akan merenggut siapa saja didunia ini dengan tidak mengenal usia. Bukan hanya orang tua, tetapi anak muda, remaja bahkan bayi sekalipun dapat meninggal tanpa diprediksi. Kematian juga tidak mengenal apakah orang itu sakit atau sehat, karena terbukti orang yang sehat, segar dan bugar juga bisa mengalami mati mendadak.
Kematian juga tidak selalu dialami seseorang secara sendirian, karena bila Allah SWT menghendaki kematian bisa dialami oleh sebuah komunitas, atau suatu bangsa di suatu daerah , atau suatu wilayah atau suatu negara dalam jumlah yang sangat menakjubkan. Contoh peristiwa gempa bumi di Padang Sumatera Barat atau Tsunami di Aceh dan yang terakhir di Jepang.
Sebagai seorang muslim kematian yang didambakan adalah mati syahid dalam membela agama Allah SWT, mempertahankan hak seperti yang dilakukan oleh saudara kita yang ada di Palestina saat ini dalam melawan Israel yang mengambil tanah mereka, menguasai masjid Al Aqsa dan berbagai hak hidup mereka. Namun karena kematian sebuah misteri tidak semua mereka yang berjuang mendapat karunia syahadah seperti yang di harapkan.
Ada juga yang mengharapkan kematian setelah melakukan ibadah seperti setelah selesai sholat, setelah berbuka puasa atau setelah selesai melaksanakan ibadah haji,atau ibadah-ibadah lainnya. Banyak harapan mereka yang dikabulkan Allah SWT. Rita seorang aktifis dakwah di kota Tangerang teman saya menceritakan bahwa pada bulan Ramadhan tahun 2009 seorang bapak bernama Ahmad ikut sholat tarawih. Setelah selesai sholat dan sedang berdzikir, ia terjatuh dan kemudian meninggal dunia. Cerita lain tentang seorang ibu yang baru selesai berbuka kemudian terjatuh dan segera dilarikan kerumah sakit. Tak lama kemudian ia meninggal dirumah sakit.
Ada lagi peristiwa yang sangat memilukan. Seorang ibu yang baru selesai menunaikan ibadah haji meninggal di pesawat GA 981. Ketika ia menaiki tangga, pas di anak tangga yang terakhir dekat pintu ia terjatuh dalam posisi duduk. Kebetulan penulis duduk di dekat pintu sehingga terlihat jelas bagaimana ia terjatuh dan dibantu suaminya untuk duduk. Ia terlihat sangat lemah , sehingga dibaringkan dan di gotong oleh teman-temannya sesama jamaah haji dari Solo. Saat digotong dan lewat di hadapan penulis, penulis berdiri dan sempat memegang kakinya yang terasa sangat dingin. Kemudian pramugari melalui pengeras suara menanyakan siapa penumpang yang dokter. Ia mohon bantuannya untuk menolong pasien yang sedang sakit. Ternyata ada dua dokter laki laki dan perempuan yang siap menolong, kemudian agak ramai mereka mondar mandir karena posisi duduk ibu Hartati-nama ibu itu- di kelas ekonomi agak rumit untuk mendapat bantuan. Akhirnya kebijakan crew pesawat ibu Hartati di pindahkan ke kelas bisnis untuk memudahkan pengurusannya.
Setelah pesawat take off beberapa menit dan suasana agak tenang, masing masing petugas duduk kembali ke kursi masing masing. Penulis mencoba melihat ibu Hartati di tempatnya, ternyata beliau tidur mendengkur disebelah suaminya. Tidak lama kemudian terlihat suasana yang agak ribut. Ternyata ibu Hartati sudah meninggal. Ia meninggal dalam posisi duduk. Terpikir oleh penulis tidak mungkin selama 9 jam mayat bisa bertahan duduk di kursi. Akhirnya setelah musyawarah dengan crew pesawat jenazah ibu Hartati diletakkan dibelakang barisan kursi bisnis terakhir dengan beralaskan plastik. Hal ini menjadi PR bagi penulis untuk memberi masukan kepada pihak penerbangan. Ketika rapat kerja bulan Mei 2010 dengan pengelola maskapai Garuda di komisi VIII yang membincang masalah biaya penerbangan haji, penulis sampaikan kepada Dirut Garuda pak Emir Sattar bahwa penerbangan harus selalu mempersiapkan KIT untuk jenazah berupa kantong mayat, karena sangat mungkin dalam penerbangan jauh atau dekat ada seseorang yang tiba ajalnya. Saat itu beliau mengaminkan, dan mudah-mudahan sekarang sudah direalisasikan.
Itulah kematian yang merupakan hak penuh Allah SWT, yang tidak bisa di duga oleh siapapun. Ia adalah لا يستاءخرون ساعة ولايستقدمون..... Tidak bisa ditunda sedikitpun atau di percepat. Wallahu a'lam bis showwab.
Madinah Almunawwarah
23/04/2011
Yoyoh Yusroh
“ Ya Robb, aku sedang memikirkan posisiku kelak di akhirat.
Mungkinkah aku berdampingan dengan penghulu para wanita Khodijah al-Kubro yang berjuang dengan harta dan jiwanya?
Atau dengan Hafsah binti Umar yang di bela oleh Allah saat akan dicerai karena showwamah (rajin puasa-red) dan qowwamahnya (rajin tahajud-red) ?
Atau dengan Aisyah yang telah hafal 3500 an hadits, sedang aku....ehm 500 juga belum...
Atau dengan Ummu Sulaim yang shobiroh (penyabar)
Atau dengan Asma yang mengurus kendaraan suaminya dan mencela putranya saat istirahat dari jihad...
Atau dengan siapa ya... Ya Allah, tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliah mereka...sehingga aku laik bertemu mereka bahkan bisa berbincang dgn mereka di taman firdausMu."
Pertama, mengenai beberapa pertanda yg tdk biasa dr #BundaYoyoh sblm kepergiannya
1. #Tanda1: Sebulan yg lalu, tdk biasanya Ummi mandi di kantor dan mengenakan minyak wangi byk2 #BundaYoyoh
2. Lalu Ummi nyeletuk ke asprinya di DPR (Mb Effie): “Fie, kyny sbntr lg aku meninggal deh. Mkny aku bersih2. Siap2 ktm Allah” #BundaYoyoh
3. Mbak Effie hny menyahut: “Masa sih bu?” Menganggap itu hny candaan #BundaYoyoh
4. #Tanda2 Setahun belakangan, Ummi jg sering tiba2 bilang ke Abi: “Bi, abi siap gak kalo Ummi nanti meninggal?” Abi diam #BundaYoyoh
5. Lalu lanjut Ummi: “Kalau Ummi Insya Allah siap. Tapi gmn dengan Abi dan anak2?” #BundaYoyoh
6. #Tanda 3: Bbrp hari sblm kejadian, di rumah Mak Haji (nenek saya, ibunya Ummi) di Tangerang yg skrg jd tmpt ummi dimakamkan #BundaYoyoh
7. Tdk biasanya didatangi sgerombolan burung2 kecil. Org2 heran&bertanya ke Mak Haji: “Mak, akhir2 ini knp byk bgt burung ya..?” #BundaYoyoh
8. Mak Haji jawab, “Iya nih..Kalo kata org dulu sih, tandanya bakal ada org besar yg meninggal” #BundaYoyoh
9. #Tanda4: Tgl 17 Mei 2011, Ummi sempat merekam satu video nasehat utk ditayangkan di suatu acara #BundaYoyoh
10. Tdk disangka, video yg tanpa skrip itu merupakan rekaman trkhr Ummi semasa hidup #BundaYoyoh
11. Dan di akhir nasehatnya Ummi bilang: “Insya Allah kita akan bertemu di syurga” #BundaYoyoh
12. Video perpisahan trsbt dpt disaksikan disini http://bit.ly/j10X35 #BundaYoyoh
13. #Tanda5: Tgl 18 Mei 2011,sy&kakak2 sy yg tertua tiba2 dpt email(trkhr)dr Ummi pkl 08:31 WIB dgn sub: Nasehat utk Sang Putera #BundaYoyoh
14. Email tsb brisi wasiat2/nasehat2 panduan hidup yg sgt mnyntuh. Abg sy @aizzajundana mempostnya disini ->http://bit.ly/mdJ1Xr #BundaYoyoh
15. #Tanda6: Ummi smpt memesan ke asprinya ratusan box snack utk ‘acara’ hr Sabtu 21 Mei pkl 10:00 WIB #BundaYoyoh
16. Ketika belakangan dicek, kt sadar bhw Ummi sdg ga pny agenda jam segitu. Dan blkgn jg kita sm2 tahu #BundaYoyoh
17. Bahwa Sabtu 21 Mei pkl 10:00 WIB kmrn itu adalah saat jenazah Ummi tiba di tmpt persemayaman (Kalibata) #BundaYoyoh
18. Sehingga akhrnya snack itu digunakan utk konsumsi para pelayat #BundaYoyoh
19. #Tanda7: Ketika di Magelang, 2 hr sblm kecelakaan, keluarga disana mencoba utk mengabadikan foto Ummi sendirian #BundaYoyoh
20. Namun entah knp ketika sdh dipotret hasilnya gagal/tdk terpotret. Hanya ada sekelebatan putih tanpa wajah Ummi #BundaYoyoh
21. Itu terjadi 4x berturut2. Pdhl ktika memotret anggota keluarga yg lain selalu brhsl. Bgitu jg ktk Ummi dipotret tdk sndirian #BundaYoyoh
22. #Tanda8: Bbrp org yg bertemu Ummi 1-2 hr sblm kecelakaan trjd, mmbrikan testimoni bhw mrk melihat Ummi menjadi bgitu berbeda #BundaYoyoh
23. Jadi lbh byk senyum, lbh byk bercanda, terlihat spt lebih awet muda. Ada yg blg Ummi spt berusia 30 thn pdhl usianya 48 thn #BundaYoyoh
24. Dan trdpt bbrp tanda2 lainnya yg bs di-share lain kali, blm semua narasumber cerita jg soalnya #BundaYoyoh
Skrg masuk ke bagian kronologi kejadian
25. Ummi brgkt ke Yogya Rabu, 18 Mei 2011 utk menghadiri wisuda @bangumar, abang saya, anak pertama #BundaYoyoh
26. Sengaja melalui perjalanan darat krn ingin silaturrahmi ke Magelang, rmh Eyang Gatot. Kakeknya Abi & mnghdr prnkhn khadimah. #BundaYoyoh
27. Rombongan trdr dr 2 mbl. Mbl Innova hitam trdiri dr Abi,Ummi,Umar (putra1), Sholah (5), Ayyasy (8), KongBun&Hanafi (driver) #BundaYoyoh
28. Stlh wisuda, rombongan smpt ke Magelang silaturrahmi dan mlnjtkn ke pernikahan mbak di rmh yg menikah di blgn Jabar #BundaYoyoh
29. Akhirnya prjlnn dilanjutkan menuju Jakarta melalui tol Palikanci, Cirebon tsb #BundaYoyoh
30. Pada Sabtu dinihari sktr pkl 2, mendadak Pak Hanafi mengantuk, adik saya yg nmr 5 (Sholah) berinisiatif menggantikan #BundaYoyoh
31. Posisi duduknya saat itu adik saya menyetir, disblhnya (dpn kanan) Pak Hanafi. Di tengah kiri Ummi, di tengah kanan Abi #BundaYoyoh
32. Sementara di blkg (dari ki-ka) Ayyasy, Umar, dan Kong Bun #BundaYoyoh
33. Ummi mmg selalu duduk di kursi tengah bagian kiri setiap naik mobil. Itu lokasi favoritnya #BundaYoyoh
34. Di pojok yg sama pula Ummi selalu tilawah/muraja’ah hafalan Qur’annya setiap naik mobil #BundaYoyoh
35. Pada saat kejadian, Ummi mmg tdk mengenakan seatbelt. Abi yg biasa mengingatkan jg lupa mengingatkan Ummi #BundaYoyoh
36. Mobil melaju kencang dgn kecepatan konsisten 120 km/jam, seisi mobil tidur kecuali adik saya yg menyetir #BundaYoyoh
37. Tiba di tikungan tajam lokasi kejadian, adik saya yg sdg tdk dlm kondisi mengantuk mendadak krg antisipastif di tikungan tsb #BundaYoyoh
38. Salah persepsi krn dikira hanya tikungan biasa, bukan tikungan tajam #BundaYoyoh
39. Di tambah saat itu penerangan redup, shingga mata mnjd kurang jeli #BundaYoyoh
40. Karena kaget dan reflek ingin melakukan penyelamatan agar mobil tdk terbalik, adik sy smpt membanting setir #BundaYoyoh
41. Namun tetap kecelakaan tdk bs dihindari, sehingga mobil menabrak pembatas jalan (beton) yg mengenai mobil bag. kiri #BundaYoyoh
42. Tabrakan trjd sgt hebat dan keras, kontan seisi mobil terbangun. Warga berteriak kaget & berduyun dtg #BundaYoyoh
43. Dlm keadaan tsb, sktr 5 menit pertama seisi mobil shock. Kong Bun yg ada di blkg Abi mendadak sdh di tgh #BundaYoyoh
44. Seisi mobil sesak nafas dan tdk tahu hrs berbuat apa. Sholah yg menyetir lgsg buka pintu. Kondisinya tdk knp2 #BundaYoyoh
45. Ia tdk luka sdktpun. Yang lain jg blm merasakan dampak apa2, msh diliputi rasa shock #BundaYoyoh
46. Ummi yg saat itu di tgh bagian kiri mengalami dampak yg plg kuat. Beliau terbentur bagian dpn mobil dgn posisi kepala lgsg #BundaYoyoh
47. Ditambah trdpt dorongan dr blkg,jok lepas shgg dia jatuh tersungkur. Stlh kcelakaan abi smpt membenahi posisinya kmbl ke jok #BundaYoyoh
48. Namun di dahi Ummi sdh mengucur darah, Abi menduga itu hny luka biasa. Nmn sbnrnya kmgknn Ummi tgh mengalami pendarahan #BundaYoyoh
49. Smntr warga yg berduyun2 mencoba mencari pertolongan, dan mencoba membuka pintu disisi ummi dgn linggis dsb #BundaYoyoh
50. Dalam keadaan spt itu, Ummi msh dlm keadaan sadar dan mengabsen anak2nya satu persatu. “Sholah mana? Masih hidup ga?” Dll #BundaYoyoh
51. Ia mengira kondisi yg lain lbh parah dari dirinya. #BundaYoyoh
52. Kemudian tiba2 Ummi smpt mnjd ‘agak emosional’ dan bilang: “Aduh dada Ummi sakit. Rasanya spt mau meninggal” #BundaYoyoh
53. Kontan Abi & seisi mobil mengingatkan: “Istighfar mi”. Umi berucap “Astaghfirullahaladzim” #BundaYoyoh
54. Ummi tiba2 juga berucap: “Abi, Ummi sedang sakaratul maut”. Abi dan seisi mobil krg percaya nmun bilang “Nyebut mi…” #BundaYoyoh
55. Lalu Ummi berucap “Asyhadu anlaa ila hailallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah” dgn lancar #BundaYoyoh
56. (Di titik ini kami lega krn trnyt Ummi telah mengucap syahadat) #BundaYoyoh
57. Trs berulang. Menunggu ambulans datang, Ummi senantiasa menyender di bahu Abi dgn trs berdzikir #BundaYoyoh
58. Ambulans pun datang. Semua yg terluka dibawa masuk terlebih dahulu #BundaYoyoh
59. Dalam perjalanan Ummi sdh dlm keadaan tenang tnp suara, yg lain beristirahat. #BundaYoyoh
60. Namun adik saya yg nomor 8 (Ayyasy) sempat melihat tiba2 dengkul Ummi terangkat dgn sendirinya sebanyak 2x #BundaYoyoh
61. Pada saat itulah kmgknn malaikat pencabut nyawa sdg melaksanakan tugasnya #BundaYoyoh
62. Ketika Sholah dan Pak Hanafi yg belakangan menyusul tiba di RS, jasad Ummi sdh ditutup kain seluruhnya #BundaYoyoh
63. Ummi ternyata telah wafat, menghembuskan nafasnya yg trkhr sktr pkl 03:30 WIB di RS Mitra Plumbon Cirebon #BundaYoyoh
64. Innalillahi wa inna ilaihi raajiun. Umi tlh wafat. Sontak keluarga menangis & mengabari smw pihak utk mengurus pemakamannya #BundaYoyoh
Skrg saya akan msk ke bagian prosesi prsmymn – pemakaman almrhmh
65. Kabar duka mengenai wafatnya Ummi tlh cpt menyebar, baik lwt tv, radio, internet, sms dsb #BundaYoyoh
66. Telah direncanakan utk prosesi persemayaman akan dilakukan di Masjid Baiturrahman Komplek RJA DPR RI Kalibata #BundaYoyoh
67. Smntr jenazah disepakati dimakamkan di rumah nenek saya di Batu Ceper, Tangerang ats permintaan keluarga nenek #BundaYoyoh
69. Mulai dr proses persemayaman hingga pemakaman, byk sekali respon yg dtg #BundaYoyoh
70. Byk sekali yg kehilangan dgn sosok Ummi. Pjbt, anggota dwn dr brbagai fraksi, tokoh nasional, politisi, ikhwah, msyrkt dsb #BundaYoyoh
71. Hal itu trlht jg dr ratusan karangan bunga dan jmlh pentakziyah yg membludak. #BundaYoyoh
71b. Termasuk ucpn belasungkawa dr slrh dunia, berbagai negara dunia #BundaYoyoh
71c. Ismail Haniya jg mengabarkan duka cita warga Palestina krn Ummi adlh WN Kehormatan Palestina #BundaYoyoh
72. Komplek DPR disesaki ribuan org pelayat. Sholat jenazah diadakan 2 shift, itupun 70% pelayat tdk kebagian #BundaYoyoh
73. Ketika jenazah Ummi diangkut ke ambulans, dan konvoi menuju Tangerang, #BundaYoyoh
74. Menurut Patwal yg mengawal, konvoi utama menuju pmkmn diikuti ratusan mobil dgn panjang iring2an lbh dari 3 km #BundaYoyoh
75. Begitu jg ktk di area pemakaman, belasan ribu org memadati lokasi, 80% diantarany tdk tertampung dan tdk bs masuk ke lokasi #BundaYoyoh
76. Alhmdllh itu menandakan Ummi adlh sosok yg begitu berarti bagi byk orang :’) #BundaYoyoh
77. Saya pribadi smpt ikut di proses memandikan, mengafani, dan menyolatkan Almarhumah. Jnzh terasa sgt ringan #BundaYoyoh
78. Dan kami menyaksikan dgn sangat jelas bahwa Ummi meninggal dlm keadaan tersenyum :’)http://lockerz.com/s/103761305#BundaYoyoh
79. Alhamdulillah. Semoga itu merupakan pertanda yg jelas bhw beliau meninggal dlm keadaan husnul khotimah #BundaYoyoh
80. Kami dari keluarga jg alhamdulillah sdh bs mengikhlaskan kepergiannya #BundaYoyoh
81. Krn kami percaya dr berbagai tanda2 yg diberikan, dr bagaimana almarhumah semasa hidupnya beribadah, #BundaYoyoh
82. Mendidik kami dgn penuh kasih & cinta, mnjlnkn amanah yg diberikannya dgn baik, dan bgmn dia memberikan pengaruh & brbakti #BundaYoyoh
83. Yang luar biasa kpd masyarakat, adlh suatu hal yg memberikan byk hikmah #BundaYoyoh
84. Sehingga ketika Allah Yang Maha Kuasa lbh sayang kepadanya dgn memanggilnya terlebih dahulu, #BundaYoyoh
85. Kami hrs ikhlas dan tabah, serta mudah2an dpt mewujudkan harapan2nya kpd kami #BundaYoyoh #BundaYoyoh
86. Sekaligus meneruskan cita2nya yg belum tercapai. Smg kami bs seperti dia, #BundaYoyoh
87. Wanita luar biasa yg dr rahimnya telah mengandung dan melahirkan kami, yg tlh memberikan teladan kpd kami dgn caranya #BundaYoyoh
88. Mendidik kami dgn penuh cinta, keteladanan & keshalihatan yg luar biasa… #BundaYoyoh
89. Selamat jalan Ummi kami, Ummi Yoyoh Yusroh. Sang mujahidah syahidah. Ila liqo’
ang pertama
pada Seminar keluarga SAMARA Plaju, aku lupa tepatnya tapi sekitar akhir tahun
2002. Saat itu aku masih baru beberapa bulan menikah dan belum punya anak,
orang bilang masih pengantin baru :) Dan bersamaan dengan
itu akupun sedang sibuk-sibuknya di fase akhir kepanitraan klinik di RSMH
(coass atau dokter muda sebutan populernya). Beliau bukan satu-satunya pembica,
tapi kata-kata beliaulah yang mampu menghujam tepat diqalbu-ku, menohok dan
mampu membuatku tersadar. Redaksinya aku lupa tapi intinya saat mengkaji
tentang salah satu kewajiban istri pada suaminya terkait hadist ini:
Jika suami
mengajak tidur istrinya, lalu sang istri menolak, yang menyebabkan sang suami
marah kepadanya, maka malaikat akan melaknat istri tersebut sampai pagi tiba. (HR Bukhari dan Muslim).
Dengan lugas dan bahasa yang sangat mudah
difahami, Ustadzah Yoyoh Yusroh menghimbau, agar para muslimah bila kita tidak
ingin dilaknat oleh penduduk langit, dan inginkan syurga maka jangan pernah
menolak ajakan suami ke tempat tidur. Coba sadari, kita yang melayani suami
yang sekaligus orang yang kita sayangi akan mendapatkan pahala kok
malas-malasan, kenapa kita banyak alasan. Lha wong PSK itu sudah jelas-jelas
dosa, pada orang yang tidak mereka sayangi bahakan tak dikenal kok malah
semangat sekali, bisa 5-8 kali. Begitu kira-kira intinya, jujur kalimat
persisnya aku lupa, tak kucatat kala itu ;(
Tapi yang masih jelas kurekam adalah rasaku ketika itu, seperti kena sengatan listrik bertegangan tinggi. Bagaimana tidak, saat itu dengan segala kondisi sibuk dan padatnya jadwal jagaku di RSMH aku seringkali rajin memcari-cari alasan untuk ibadah khusus tersebut. Alasanku ajukan bisanya sebelum suami mengajak, jadi dalihku bukan menolak kan? Tapi kalimat Ustadzah Yoyoh barusan membangkitkan kesadaranku, pahala yang dijanjikan kok sibuk dihindari, sementara si-PSK yang dapatnya dosa kok malah semangat sekali ya....
Maka sejak itu, aku ingin buktikan bahwa aku bisa, tanpa banyak alasan.
Pertemuan kedua saat beberapa waktu berselang, aku berkesempatan mendengarkan nasehatmu lagi ya Ustdzah....kala itu salah satu anakmu (aku lupa anak yang keberapa) dibawa serta, masih merah berumur sekitar 1,5 bulan. Tak ada keribetan yang tampak, semuanya berjalan lancar dan dirimu tampak sangat menikmati sekali. Menyusui bayi disela-sela acara, padahal baru tiba dari perjalanan Jakarta-Palembang kau tetap bugar dan penuh senyum. Tak ada obrolan pribadi yang sempat tercipta antara kita saat itu, aku mendengarkan nasehatmu kali ini dalam diam, larut dalam perenungan. Begitulah hendaknya kita, para Ibu, jangan pernah menjadikan anak-anak kita beban, mereka adalah amanah yang dipercayakan Allah pada kita, sekaligus juga anugerah terindah dalam hidup kita. Jadi jangan pernah mereka, anak-anak kita dijadikan sebagai alasan yang menghalangi serangkaian aktivitas dan kesibukan kita diluar rumah. Dirimu memang tak suguhkan teori, tapi prakteknya begitu jelas mempesona. 13 orang anak, 9 Putra dan 4 Putri yang kesemuanya berpacu menjadi hafidz-hafidzah. Dimataku, engkau sosok yang luar biasa.
Saat yang bersamaan akupun terkenang dengan salah satu informasi yang pernah kudengar tentang dirimu. Bahwa sejak remaja engkau selalu berusaha untuk mengkonsumsi makanan sehat, kalaupun harus jajan diluar dirimu lebih suka pecel atau gado-gado yang banyak sayurannya ketimbang bakso atau sejenisnya. Betapa sejak dulu sudah kau siapkan kokohnya rahimmu untuk mengandung 13 generasi unggulan. Ya Ustadzah, dirimu memang bunga pilihan, bukan bunga biasa. Semerbak wangi dan juga anggun berhias cantik. Pesonamu meliputi semua tentangmu.
Dan ketahuilah sejak saat itu akupun berazzam untuk punya anak banyak dan tak akan merasa kerepotan merawat mereka, lebih dari itu aku bahkan mengusahakan tetap memilih makanan sehat diwaktu-waktu sulit untuk makan misalnya saat ngidam, inginnya mie-mie, bakso atau pempek saja,tapi aku seperti selalu ingin memaksa diri untuk tetap makan nasi, lauk dan sayuran demi bayi yang kukandung. Adalah engkau yang menginspirasiku.
Tapi yang masih jelas kurekam adalah rasaku ketika itu, seperti kena sengatan listrik bertegangan tinggi. Bagaimana tidak, saat itu dengan segala kondisi sibuk dan padatnya jadwal jagaku di RSMH aku seringkali rajin memcari-cari alasan untuk ibadah khusus tersebut. Alasanku ajukan bisanya sebelum suami mengajak, jadi dalihku bukan menolak kan? Tapi kalimat Ustadzah Yoyoh barusan membangkitkan kesadaranku, pahala yang dijanjikan kok sibuk dihindari, sementara si-PSK yang dapatnya dosa kok malah semangat sekali ya....
Maka sejak itu, aku ingin buktikan bahwa aku bisa, tanpa banyak alasan.
Pertemuan kedua saat beberapa waktu berselang, aku berkesempatan mendengarkan nasehatmu lagi ya Ustdzah....kala itu salah satu anakmu (aku lupa anak yang keberapa) dibawa serta, masih merah berumur sekitar 1,5 bulan. Tak ada keribetan yang tampak, semuanya berjalan lancar dan dirimu tampak sangat menikmati sekali. Menyusui bayi disela-sela acara, padahal baru tiba dari perjalanan Jakarta-Palembang kau tetap bugar dan penuh senyum. Tak ada obrolan pribadi yang sempat tercipta antara kita saat itu, aku mendengarkan nasehatmu kali ini dalam diam, larut dalam perenungan. Begitulah hendaknya kita, para Ibu, jangan pernah menjadikan anak-anak kita beban, mereka adalah amanah yang dipercayakan Allah pada kita, sekaligus juga anugerah terindah dalam hidup kita. Jadi jangan pernah mereka, anak-anak kita dijadikan sebagai alasan yang menghalangi serangkaian aktivitas dan kesibukan kita diluar rumah. Dirimu memang tak suguhkan teori, tapi prakteknya begitu jelas mempesona. 13 orang anak, 9 Putra dan 4 Putri yang kesemuanya berpacu menjadi hafidz-hafidzah. Dimataku, engkau sosok yang luar biasa.
Saat yang bersamaan akupun terkenang dengan salah satu informasi yang pernah kudengar tentang dirimu. Bahwa sejak remaja engkau selalu berusaha untuk mengkonsumsi makanan sehat, kalaupun harus jajan diluar dirimu lebih suka pecel atau gado-gado yang banyak sayurannya ketimbang bakso atau sejenisnya. Betapa sejak dulu sudah kau siapkan kokohnya rahimmu untuk mengandung 13 generasi unggulan. Ya Ustadzah, dirimu memang bunga pilihan, bukan bunga biasa. Semerbak wangi dan juga anggun berhias cantik. Pesonamu meliputi semua tentangmu.
Dan ketahuilah sejak saat itu akupun berazzam untuk punya anak banyak dan tak akan merasa kerepotan merawat mereka, lebih dari itu aku bahkan mengusahakan tetap memilih makanan sehat diwaktu-waktu sulit untuk makan misalnya saat ngidam, inginnya mie-mie, bakso atau pempek saja,tapi aku seperti selalu ingin memaksa diri untuk tetap makan nasi, lauk dan sayuran demi bayi yang kukandung. Adalah engkau yang menginspirasiku.
Yoyoh
Yusroh berfoto bersama PM Palestina Ismail Haniya dan Wakil Ketua Parlemen
Palestina, Dr. Ahmed Bahar. Ketika itu almarhumah berhasil menembus blokade
Israel di Gaza Palestina bersama para relawan (10/2010). (KNRP)
|
Sebenarnya ini pertemuan kesekian, jujur
bukan tak berkesan, tapi itulah manusia, tempatnya lupa dan salah. Maka
kuanggap ini pertemuan yang ketiga, kucatat dan kuingat ini karena
ternyata ini adalah pertemuan yang terakhir. Ceritamu masih mengalir, sarat hikmah
dan motivasi. Cerita kali ini adalah tentang catatan perjalananmu sebagai
anggota Tim KNRP (Komite Nasional untuk Rakyat Palestina) yang telah bertemu
dengan para mujahid dan mujahidah Palestina. Kau bangkitkan kesadaran kami akan
satu semangat untuk kembali akrab mencumbui Al-Qur'an, bukankah tak ada
halangan untuk kita para muslimah Indonesia yang hidup penuh kedamaian, tak ada
cerita tentang gejolak perang terlebih pembantaian serupa kisah saudara muslim
di Palestina. Ya Ustadzah, sungguh aku terpuruk malu. Lalu ada juga kisah
pribadimu tentang masalah sekolah anak ke(?), aku lupa, saat ia mogok sekolah,
tapi akhirnya tetap berhasil menamatkan SMA-nya dengan dukungan empati penuh
cinta darimu. Yang kau tekankan, kau garis bawahi dari ceritamu adalah tak ada
masalah besar dalam hidup kita bila hanya terkait suami, anak, rumah, harta,
status sosial atau apasaja yang kita sayangi, kecuali bila masalah itu adalah
masalah ummat. Artinya masalah itu dikatakan besar bila sudah berhubungan
dengan dakwah ini, itu pesan terakhir yang kudengar langsung dari lisanmu.
***
Merampungkan tulisan ini sembari membuka berita terkait tentang wafatnya Ustadzah Yoyoh Yusroh. Dan mendapatkan foto yang bercerita tentang suasana menjelang jenazahnya disholatkan. Merinding, terharu, sungguh ramainya....
Tampak masjid yang penuh oleh jama'ah yang ingin ikut menyolatkan jenazah.
Berita
DetikNews,21/05/2011.05.40 WIB
Yoyoh adalah
salah seorang tokoh pendiri PKS. Wanita yang biasa disapa ustadzah Yoyoh ini
dikenal sebagai sosok yang sederhana dan
bersahaja. Ibu dari 13
orang anak ini lahir di Tangerang, 14 November 1962. Dia menjadi anggota DPR
sejak tahun 1999 dan sudah menempati sejumlah komisi.
Yoyoh juga kini aktif sebagai anggota Dewan Pakar ICMI Tahun 2005-2010, bidang Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Lansia.
Yoyoh juga kini aktif sebagai anggota Dewan Pakar ICMI Tahun 2005-2010, bidang Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Lansia.
Sejumlah
tanda jasa pun pernah diterimanya, seperti International Muslim Women Union
(IMWU) tahun 2000, International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2003, dan Mubaligh
National dari Departemen Agama Pusat tahun 2001. Selamat jalan Ustadzah...
Dakwatuna.com,
21/05/2011.
Anggota
Komisi I DPR, Ustz. Yoyoh Yusroh meninggal dunia akibat kecelakaan di Cirebon,
Jawa Barat dini hari tadi, sepulang menghadiri wisuda anak pertamanya, Ahmad
‘Umar Al-Faruq yang telah menyelesaikan pendidikan sarjana S1 di Universitas
Gajah Mada.
Masih di Dakwatuna.
com pada judul berita Ibu Yoyoh, TNI Berjilbab dan Palestina.
Dalam tes
uji kelayakan calon Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, seorang anggota FPKS
meminta agar Panglima TNI memperbolehkan wanita TNI boleh berjilbab. Hal ini
sudah diterapkan di Aceh, dan tidak menjadi masalah.“Kalau wanita bisa
berpakaian sesuai aturan agama. Ini tidak akan mengganggu tugasnya,” kata
seorang Wanita anggota FPKS. Dialah Yoyoh Yusroh.
Ibu Yoyoh
bilang, dia masih ingin kembali ke Palestina. Melakukan tindakan kemanusiaan di
sana. Tapi Allah rupanya berkehendak lain. Beliau meninggal saat kecelakaan
dini hari tadi.
Hari ini,
PKS kehilangan salah satu tokoh wanita terbaiknya. Umat Islam di Indonesia juga
kehilangan seorang pejuangnya.
***
Dan jasadmu memang telah pergi, tapi jejak juangmu akan abadi.
Izinkan kami
mengenangmu sebagai guru dalam banyak kebaikan.....
Telah sempurna engkau tunaikan amanahmu....
Dan kami akan mengabadikan pesonamu dalam memoar perjuangan ini.
Dikau guru sekaligus Ibu bagi banyak orang.
Dirimu Srikandi dalam dakwah ini....
Telah sempurna engkau tunaikan amanahmu....
Dan kami akan mengabadikan pesonamu dalam memoar perjuangan ini.
Dikau guru sekaligus Ibu bagi banyak orang.
Dirimu Srikandi dalam dakwah ini....
Innalilahi
wa Inna Ilaihi Rajiun. Allahumma firlaha warhamha waafiha wa'fuanha
Yoyoh Yusroh Full
Sekali lagi,
Semoga Syurga tempat kekalmu
....dan izin kan kami bertemu lagi kelak Ya Rabb, Sang pemilik Hidup dan Mati.
....dan izin kan kami bertemu lagi kelak Ya Rabb, Sang pemilik Hidup dan Mati.
Banyak perempuan yang berhenti
belajar , membaca dan meningkatkan kualitas diri dengan alasan waktunya sudah
habis untuk mengasuh dan membesarkan anak. Padahal anaknya hanya dua atau tiga
orang. Yoyoh Yusroh, dengan belasan anak tetap memiliki semangat belajar yang
luar biasa dan tidak pernah berhenti mengembangkan diri. Ketika bertemu Yusuf
Qardhawi, Yoyoh Yusroh ditanya tentang berapa banyak hafalan Qur’an-nya.
Menjawab sekian juz, belum sampai seluruhnya dihafal, Yoyoh Yusroh ditegur oleh
Yusuf Qardhawi. Ia jadi malu. Namun bersamaan dengan itu, semangatnya untuk
menghafalkan Al-Qur’an juga meningkatkan tarbiyah dzatiyah menjadi semakin
membara.
Menjadi daiyah, ibu yang baik, sekaligus terus mengembangkan diri ternyata tidak cukup bagi salah satu pendiri partai dakwah ini. Tampaknya, ia memiliki semua mata air kecemerlangan yang ditulis Anis Matta dalam bukunya. Termasuk mata air kecemerlangan yang ketujuh: kontribusi. Maka dalam hidupnya, Yoyoh Yusroh menebar kemanfaatan dan kontribusi bagi sesama. “Kontribusi itu dapat kita berikan pada wilayah pemikiran, atau wilayah profesionalisme, atau wilayah kepemimpinan, atau wilayah finansial, atau wilayah lainnya.” Kata Anis Matta. “Namun,” lanjutnya, “kontribusi apapun yang hendak kita berikan, sebaiknya memenuhi dua syarat: memenuhi kebutuhan masyarakat kita dan dibangun dari kompetensi inti kita.”
Sejalan dengan teori itulah kemudian kontribusi Yoyoh Yusroh menjadi “monumental.” Ia bukan memberikan kontribusi yang biasa-biasa saja, namun kontribusi yang membekas di hati banyak orang. Sekaligus diingat dalam rentang waktu yang panjang. Maka tidak heran jika ia mendapatkan banyak penghargaan. Diantaranya adalah International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2000, Mubaligh National dari Departemen Agama Pusat tahun 2001, dan International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2003.
Tidak berlebihan jika kita sebut Yoyoh Yusroh adalah permata. Permata dalam dakwah ini sekaligus permata bagi bangsa ini. Dan kini, permata itu telah pergi. Kita mendoakan sang permata agar ia pergi bersama ridha Ilahi, mendapatkan maghfirah-Nya, serta ditinggikan derajatnya dengan memperoleh surga. Dan kita pun mengazamkan diri, bahwa kita belajar darinya, meneladani kebaikan-kebaikannya, dan berupaya pula menjadi permata berikutnya. Allaahumma aamiin.
Menjadi daiyah, ibu yang baik, sekaligus terus mengembangkan diri ternyata tidak cukup bagi salah satu pendiri partai dakwah ini. Tampaknya, ia memiliki semua mata air kecemerlangan yang ditulis Anis Matta dalam bukunya. Termasuk mata air kecemerlangan yang ketujuh: kontribusi. Maka dalam hidupnya, Yoyoh Yusroh menebar kemanfaatan dan kontribusi bagi sesama. “Kontribusi itu dapat kita berikan pada wilayah pemikiran, atau wilayah profesionalisme, atau wilayah kepemimpinan, atau wilayah finansial, atau wilayah lainnya.” Kata Anis Matta. “Namun,” lanjutnya, “kontribusi apapun yang hendak kita berikan, sebaiknya memenuhi dua syarat: memenuhi kebutuhan masyarakat kita dan dibangun dari kompetensi inti kita.”
Sejalan dengan teori itulah kemudian kontribusi Yoyoh Yusroh menjadi “monumental.” Ia bukan memberikan kontribusi yang biasa-biasa saja, namun kontribusi yang membekas di hati banyak orang. Sekaligus diingat dalam rentang waktu yang panjang. Maka tidak heran jika ia mendapatkan banyak penghargaan. Diantaranya adalah International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2000, Mubaligh National dari Departemen Agama Pusat tahun 2001, dan International Muslim Women Union (IMWU) tahun 2003.
Tidak berlebihan jika kita sebut Yoyoh Yusroh adalah permata. Permata dalam dakwah ini sekaligus permata bagi bangsa ini. Dan kini, permata itu telah pergi. Kita mendoakan sang permata agar ia pergi bersama ridha Ilahi, mendapatkan maghfirah-Nya, serta ditinggikan derajatnya dengan memperoleh surga. Dan kita pun mengazamkan diri, bahwa kita belajar darinya, meneladani kebaikan-kebaikannya, dan berupaya pula menjadi permata berikutnya. Allaahumma aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar